Sister Village Sebagai Alternatif Penanganan Pengungsi Erupsi Gunung Agung

Isi Artikel Utama

Faisol Abdul Kharis
Bambang Dwinanto P.
Mega Putri R.
IDK Kerta Widana

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis implementasi pelaksanaan sister village antara Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem dengan Desa Semarapurakangin, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali pada September 2017. Penelitian ini penting dilakukan untuk menekan dampak dari risiko yang ditimbulkan oleh erupsi Gunung Agung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 28 desa yang berada di wilayah kerawanan tinggi erupsi Gunung Agung. Radius aman pada level situasi “Awas” berjarak 6 km terdapat 10 desa di sekitar Gunung Agung yang menjadi daerah rawan. Adapun 18 desa lain berstatus sebagai desa penyangga. Apabila radius aman ditingkatkan menjadi 10 km, maka desa penyangga yang direkomendasikan oleh BPBD Karangasem tersebar di tiga kabupaten yaitu Bangli, Singaraja dan Klungkung. Sister village sebagai model pemberdayaan masyarakat Bali dalam menghadapi erupsi Gunung Agung antara desa Duda Utara dengan Desa Semarapurakangin sudah berjalan dengan baik. Sister village tumbuh berdasarkan tingginya solidaritas sosial masyarakat Desa Semarapurakangin dalam memberikan bantuan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan sehingga meminimalisir korban. Model ini merupakan salah satu prosedur pemberdayaan masyarakat dalam membantu korban erupsi Gunung Agung menyediakan fasilitas emergency darurat bencana. Sister village antara Desa Duda Utara dengan Desa Semarapurakangin ini dikombinasikan dengan kearifan lokal asli masyarakat Bali, yaitu Nguopin atau penerapan gotong royong dengan hati yang tulus ikhlas tanpa menerima imbalan.

Rincian Artikel

Bagian
Artikel